Sabtu, 20 Juli 2013

PENDIDIKAN KARAKTER ROBANIYAH


O ye who believe! Fasting is prescribed to you as it was prescribed to those before you, that ye may (learn) self-restraint,- Ayat di atas adalah dikutip dari Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh, 2 : 183. Ayat inilah yang memerintahkan kepada orang-orang beriman seluruh dunia untuk berpuasa di bulan Romadlon.  subhanalloh, insya Alloh semua orang beriman yang tidak berhalangan secara syar'i, mereka sekarang sedang melaksanakan ibadah puasa. 


Rasa syukur dan bahagia, puasa, tadarus, tarawih, dll dijalani dalam bulan yang istimewa ini dengan amalan-amalan yang diperintahkan. Antara lain: mengendalikan hawa nafsu kita dengan berpuasa, menghidupkan ruhani kita dengan shalat berjama’ah di masjid, shalat tarawih, tadarrus Al-Qur’an, memperbanyak dzikrullah. Juga membangun karakter yang positif dengan berkata benar, suka memaafkan, meningkatkan kedermawanan dengan shadaqah, memberi makan orang-orang yang kekurangan, dsb. Subhanalloh rasa syukur karena kita dapat menunaikan puasa Ramadhan tahun ini. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT. 

Semoga dengan puasa yang kita lakukan dengan imanan wahtisaban berdampak pada perilaku dan karakter pribadi kita sehingga berubah menjadi lebih baik. Lebih taat kepada hukum dan syari’at Allah, lebih cinta ke mesjid, lebih rendah hati, lebih dermawan, dan sebagainya.  Pendek kata pribadi yang pikirannya, tutur katanya, sikap dan perilakunya, pekerjaannya tidak ada lain selain kebajikan. Pribadi seperti itulah yang seharusnya dihasilkan dari ibadah Ramadhan (QS 3: 134 -135). Inilah subtansi atau hakekat pendidikan karakter yang mesti kita kembangkan menjadi peradaban bangsa.

Rasulullah SAW berbuat kebajikan ketika banyak orang berbuat kemunkaran, Rasulullah tetap menjaga kesucian diri ketika budaya di sekelilingnya bergelimang kemaksiatan, Rasulullah membela orang-orang yang terpinggirkan ketika semua orang meninggalkan, Rasulullah bersedekah ketika banyak orang bakhil dengan hartanya.

Para sahabat Rasulullahpun demikian. Dalam keadaan sempit, serba kekurangan  mereka tetap berkorban untuk melakukan kebajikan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Ketika para sahabat diminta membela  agama Allah; mereka datang ke Badar, mereka pergi ke Uhud tanpa disertai harta, kuda, dirham maupun dinar. Tetapi mereka tetap teguh menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah. Merekapun bersuci, kemudian menghadap ke arah Kiblat seraya mengangkat pedangnya dan berdo’a:
“Yaa Allah... kami tidak memiliki harta dunia. Kami hanya memiliki diri kami dan kini kami menyerakhannya kepada-Mu. Maka terimalah persembahan kami ini yaa Allah”.

Tentu kita merasa sedih, prihatin sekaligus malu, jika Bangsa Indonesia yang berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, mayoritas penduduknya muslim, pejabatnya muslim, anggota legislatifnya muslim ini ternyata perilaku dan budayanya seperti orang-orang yang tidak ber-Tuhan.
Bayangkan! Hasil survei pelaku bisnis yang dirilis oleh perusahaan internasional yang bergerak di bidang konsultan   yang berbasis di Hong Kong, pada Bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi  negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis. 

Budaya kita diwarnai dengan pornografi dan pornoaksi. Kasus video porno artis beberapa waktu yang lalu dilaporkan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Hadi Supeno menjadi penyebab meningkatnya kasus perkosaan dan pelecehan seksual hingga 20 persen. Bahkan menurut beliau “Setidaknya dalam waktu seminggu saja mendapat laporan 33 anak menjadi korban pelecehan seksual. Semua pelakunya mengatakan pernah melihat tontonan tersebut”.